Jumat, 25 Februari 2011

Tak Berjejak


Tok… tok… tok…
Langkah kakiku kupercepat,
Tiba2 aku terhenyak diam…
Sedah langkah yang ke berapa ini?
Kutengok ke belakang,
Tak ada jejak langkahku di sana,
Bersih…
Apa ini? Bagaimana bisa??
Tak mungkin!!!
Bukankah aku telah berjalan dengan sesungguhnya???
Tapi, kenapa langkahku selama ini tak berbekas???

Mungkinkah aku sedang tidak benar2 melangkah?
Atau aku telah salah jalan?

Seringkali aku lebih memilih kenyamanan
Jalan pasir berbatu jarang sekali kusapa
Atau mungkin kutengok pun tak pernah?

Mungkin aku memang terlalu terlena dengan permadani tebal itu…

Rabu, 23 Februari 2011

Taklukkan Diri Sendiri!




Selama kita masih dibodohi oleh KEINGINAN-KEINGINAN,
Selama itu pula kita tidak akan mendapatkan kebahagiaan.

Kita harus mampu menaklukkan diri sendiri,
Dari perbuatan yang menghinakan menghinakan diri
Dari KEBANGGAAN SEMU dengan banyaknya harta

Musuh yang paling besar adalah diri kita sendiri
Benteng hitam yang paling kokoh adalah nafsu
Yang bersemayam di dalam dada ini

Taklukkan diri sendiri niscaya akan dapat menaklukkan dunia
Perangi hawa nafsu niscaya akan mendapat kemenangan

Apabila syetan telah menggerogoti dada,
Memompa nafsu,
Menggerayangi kalbu,
Sehingga menjadi takut dan was-was dengan KEMISKINAN,
Maka segeralah berlindung kepada Sang Pencipta

“Dan jika kamu ditimpa suatu godaan syetan , maka berlindunglahkepada Allah. Sesungguhnya Allah maha mendengar dan maha mengetahui” (QS AL’Araaf (7) :200)

Tekan segala keinginan yang kurang bermanfaat;
Perteguh hati dengan perbuatan-perbuatan yang baik;
Dan benahi hati dari dendam kesumat, iri dan dengki
Hilangkan rasa bangga terhadap diri sendiri dan merendahkan orang lain.

Ketuklah pintu Rabb-mu ketika marah, membenci sesuatu,
jiwa tergoncang dan jiwa labil..
Ikhlaskan dan bertawakkallah kepada-Nya

“...Dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah (zikrullah). ingatlah hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi tentram (QS Ar-Ra’d (13) : 28)

Allah-lah mata air ketentraman batin.
Nafsu menjadi dingin dengan melakukan perintah-NYA
Mata menjadi sejuk dengan ber”tamu” kepada-NYA saat malam tiba;

Dengan bertakwa kepada-NYA
Keresahan berubah menjadi kesenangan.

Hanya dengan mengingat-NYA ,
Kita akan mampu menekan hawa nafsu, egoisme dan kecongkakan diri
dan berhenti dari kemaksiatan.

"Yaitu orang-orang yang apabila mereka berbuat dosa dan menganiaya diri mereka sendiri, mereka segera ingat Allah dan langsung memohon ampun atas dosa-dosanya dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa tersebut." ( QS Ali Imran : 135)

Dengan menaklukkan diri sendiri
Kita telah terbebas dari penjara kesengsaraan,
Telah terhindar dari jalan yang berlubang
Telah menyingkir dari badai yang menggulung,
Telah terbebas dari penyakit hati, dan
Telah lepas dari ikatan kita dengan syetan
Seperti camar yang menari diatas awan.
Ia jauh dari pemangsa
Dan berbahagia di lengkung indahnya pelangi.

Musuh terbesar kita adalah diri kita sendiri.
Dia bagaikan tali tali rantai
Yang mengikat tawanan dengan kekuatan besinya.
Hanya dengan melepaskan diri darinya,
Hidup kita akan menjadi sentosa
Sebab tidak akan ada lagi yang mengikat kita
Untuk terbang menuju kebahagiaan hakiki.

Jadilah seperti mawar
Jangan seperti benalu yang tidak berharga,
Jangan seperti debu yang tidak bernilai,
Jangan seperti batu yang terinjak-injak dijalanan.

Jadilah keras seperti intan
Yang bersemayam di persembunyiannya yang kokoh
Yang hanya keluar untuk sang Pemilik-Nya
Kemurnian intan selalu terjaga,
Kesejukan sinarnya melebihi embun pagi diujung daun
Lekukan wajahnya kian memancarkan ketenangan
Namun dia kokoh melebihi bebatuan....

Jangan sampai cahayamu padam
Karena sebuah bola api yang kecil
Karena seekor serangga yang haus,
Bola api dan serangga bukanlah halangan
Untuk tetap melebarkan sayap keindahanmu
Jangan sampai kesulitan hidup membuatmu menyerah!

Jika ingin hidup...
Maka kehidupan itu berada ditengah-tengah bahaya,
Maka kehidupan itu akan penuh dengan kesulitan
Janganlah menghindar darinya...
Atasilah kesulitan-kesulitan itu.
Kesulitan selalu merupakan berkah yang tersembunyi
Karena akan mendatangkan yang terbaik.

Tidak ada jalan lain yang harus kita lewati
Selain jalan menuju Rahmat-NYA.

Tidak ada pintu yang kita ketuk
Saat seluruh pintu manusia tertutup untuk kita,
Kecuali Pintu-Nya.

Tiada tali yang kuat tuk tempat bergantung
Selain tali-NYA

Dan tidak ada karunia yang kita harapkan,
Kecuali karuniaNYA

YA Allah ..
Ya Rahman ...
Ya Rahim...
Ya Tuhan kami..
Hati kami telah lelah,
Tenaga kami telah terkuras
Airmata telah melelehkan semangat kami,
Langkah kamipun telah gontai
Dan bumi tempat kami berpijakpun telah bergoyang.

Ya Allah yang sinar-Mu memenuhi Timur dan Barat,
Terangilah pula kiranya hati kami
Dan bersihkan airmata kami dengan kesabaran dan ketenangan
Angkatlah hijab kesulitan yang membuat airmata kami menetes
Lupakanlah ingatan kami akan awan hitam yang melekat
Dan ringankanlah langkah kami yang gontai ...
Menuju ampunan dan keridloan-Mu

Ya Allah sempurnakanlah sinar-Mu
Tunjukilah dan bimbinglah kami,
Besarlah rasa maaf-Mu,
Maafkanlah dosa-dosa kami
Hapuskanlah kesalahan-kesalahan kami
Bagi-Mulah segala puja dan puji....

Minggu, 20 Februari 2011

Inilah Ridho Manusia!

Membuka-buka file lama dan menemukan sebuah catatan menarik. Semoga bermanfaat untuk bahan renungan.

AKU TERTAWA. Mereka berkata, kenapa tidak malu?!
AKU MENANGIS. Mereka berkata, kenapa tidak senyum?!
AKU TERSENYUM. Mereka berkata, ini senyum pamer!
AKU CEMBERUT. Mereka berkata, tampaklah yang disembunyikan!
AKU DIAM. Mereka berkata, tidak bisa bicara!
AKU BICARA. Mereka berkata, banyak omong!
AKU LEMBUT. Mereka berkata, pengecut dan licik!
AKU KERAS. Mereka berkata, ini emosi!
AKU MENOLAK. Mereka berkata, tidak kompak!
AKU SETUJU. Mereka berkata, ikut-ikutan saja!

TERUS MANA YANG BENAR…???!!!

Aku yakin, ridho semua manusia mustahil kuraih.
Pasti ada yang memujiku dan pasti ada yang mencelaku.

(Tulisan ini terinspirasikan dari sebuah syair yang ditulis oleh DR. Muhammad Bin Dhafir Asy-Syahri, yang berjudul Ridha An-Naas)

published by: Ustadz Abdullah Saleh Hadrami

copyright: Hatibening.com



NB.
Teringat pula kisah 3 makhluq Allah: seorang ayah, seorang anak, dan seekor keledai yang melakukan perjalanan bersama. Ketika mereka semua berjalan tanpa menunggangi keledainya, orang yang melihat mereka mencela dengan mengatakan, "buat apa membawa keledai jika tidak ditunggangi". Akhirnya sang ayah menaiki keledai dan sang anak berjalan kaki menuntun keledai, orang yang melihat kembali mencela, "Sungguh ayah yang tak punya belas kasihan, membiarka anaknya berjalan kaki sementara dia nyaman menunggang keledai". Sang ayah pun turun dan menyuruh anaknya menaiki keledai sementara dia berjalan menuntun keledai, orang yang melihat dengan tajam mencela tingkah laku mereka, "Sungguh anak yang tidak tahu diri, masih muda dengan enaknya duduk di atas keledai sedangkan ayahnya yang sudah tua berjalan kaki". Sang anak pun turun kemudian mereka memutuskan untuk sama-sama menaiki keledai, orang yang bertemu dengan mereka pun kembali mencela sambil mengatakan, sungguh manusia-manusia yang tidak mempunyai belas kasihan, keledai yang kecil dan kurus dipaksa berjalan dengan menampung mereka berdua di punggungnya. Akhirnya karena tidak ada cara lain mereka mengikatkan tongkat pada kaki-kaki keledainya lalu mereka gotong, orang-orang yang melihat mereka pun serentak mentertawakan mereka sambil mengatakan bahwa mereka orang-orang yang dungu, keledai yang seharusnya mereka tunggangi untuk memudahkan perjalanan malah memberatkan mereka dengan menggotongnya.

Subhanallah, sungguh, jika kita terus mengikuti apa kata orang maka takkan ada habisnya.

Wallahulmusta'an.

Terus belajar dan berbenah diri! =)

Hujan Mencekam



Terhenyak bangun di tengah malam
Saat tiba-tiba deras hujan mengguyur tajam
Keras menghentak atap peraduan
Serentak kurasakan suasana mencekam
Menyelinap bilik-bilik hati terdalam
Aku meringkuk sendirian
Tenggelam dalam sedikit rasa ketakutan

Mengapa kali ini jiwaku serasa tak bersahabat dengan hujan?
Tak bisa kunikmati lambaian indah rintiknya
Tak mampu kuselami suara merdu gemericiknya
Bahkan tak bisa kucium aroma tanah yang basah olehnya

Serasa mataku semakin enggan tuk kembali terpejam
Saat kilat menyusul datang berkelebat
Bersama guntur yang keras menggelegar
Menyambar lubuk jiwa yang terbungkam
Menebar was-was yang dengan kejam menerjang

Kucoba mengambil nafas panjang dan kubuang perlahan
Berusaha tuk kembali tenang
Menikmati hujan walau masih terasa dingin mencekam

-----------------

Subhanallah, Walhamdulillah,, Wallahuakbar...

-----------------

"Allahumma shoyyiban naafi'an" - "Ya Allah, turunkanlah hujan yang bermanfaat" (HR. Al-Bukhori)

"Muthirnaa bifadhlillahi warohmatih" - "Hujan diturunkan kepada kami karena keutamaan dan rahmat Allah" (HR. Bukhori dan Muslim)

Jumat, 18 Februari 2011

Buang Sesal!


Seringkali rasa sesal atas pilihan-pilihan hidup yang telah lalu membayang dalam angan. Mempersempit ruang untuk bersyukur dan memperlebar ketidakpuasan. Sungguh aneh, padahal pemicunya adalah keinginan diri sendiri yang waktu itu kurang dipikir secara matang, kurang menghiraukan pendapat orang lain dan tanpa meminta bantuan dari-Nya secara serius. Yah, saat ini baru tersadar bahwa dulu (saat remaja) diri ini terlalu naif, membuat pilihan-pilihan yang terlihat "wah", tapi ternyata kosong tanpa isi.

Benar, wajib untuk membuang rasa sesal, hadapi kehidupan saat ini dan biarkan yang sudah lalu, berlalu. Sebuah renungan yang bagus dari kumpulan kata-kata mutiara Ibnu Qayyim Al-jauziyah dalam Al-Fawa'id sebagai berikut.

Jika seorang membenci takdirnya, maka dia harus memperhatikan 6 aspek penting, yaitu:
  1. Aspek tauhid. Allah lah yang menentukan, menghendaki, dan menciptakannya. Jika Allah tidak berkehendak maka sesuatu tidak akan terjadi.
  2. Aspek keadilan. Kebijakan Allah sangat tepat dan keputusan-Nya sangat adil.
  3. Aspek rahmat. Rahmat Allah dalam ketetapan ini mengalahkan kemurkaan-Nya.
  4. Aspek hikmah. Allah menakdirkan sesuatu tidak sia-sia. Segala sesuatu pasti ada hikmahnya.
  5. Aspek puji syukur. Hanya Allah lah yang mempunyai segala bentuk pujian dari segala penjuru.
  6. Aspek ubudiyah. Manusia adalah hamba bila ditinjau dari segala segi, maka berlaku atasnya hukum dan keputusan tuannya; yaitu hukum keberadaan, kepemilikan, dan pengabdiannya. Tuhan akan mengatur hamba-Nya di bawah peraturan-peraturanNya.
Wallahua'lam, semoga bermanfaat..

Terus belajar dan berbenah diri! =)

Menciut =(

Melihatnya
Melihat mereka
Melihat diriku sendiri

Apa yang aku punya?
Serasa tak ada dan tak istimewa


Aih, serasa nyali bergegas menciut
Meredup di tengah beribu lampu yang gemerlap
Tercekam cemas dan takut 
Saat bisik-bisik semakin gencar memasuki telingaku
Semakin keras dan dengan kejam tiba-tiba berteriak kepadaku,
"Huhh, Sungguh tak pantas!"

Aku butuh energi lebih!

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Enterprise Project Management