Minggu, 24 Juli 2016

Rumah tangga yg penuh berkah... itulah yg selalu didamba 2 insan yg sudah menikah...
Diawali dengan ta'aruf yg benar...
Akad nikah,, sebuah perjanjian besar yg mampu menggetarkan 'Arsy...
Walimah tanpa ikhtilat,, tanpa hingar bingar musik...


Lalu apa?
Seorang suami yg mampu membimbing istrinya tuk senantiasa belajar & istiqomah dlm beribadah...
Seorang istri yg ta'at pada suaminya...
Seorang suami yg baik muamalahnya dengan sang istri...
Seorang istri yg memuliakan sang suami...
Seorang suami yg tak mengenal lelah dalam mencari nafkah tuk penuhi kebutuhan rumah tangganya...
Seorang istri yg qonaah dengan pemberian suami...
Suami istri yg saling mengingatkan & mendukung tuk berbakti pada orang tua & mertua...
Saat mereka punya anak...
Bahagia pasti menyeruak... Namun jangan pernah lengah bahwa anak adalah amanah...

Aba, umma... salinglah bekerja sama dalam memelihara, membimbing, mendidik mereka...
Tuntun mereka untuk menggenggam erat dien ini,, di saat dunia semakin gonjang ganjing penuh huru hara...
Sabar,, ikhlas,, akhlak yg baik modalnya...
Doa,, berdoalah yg banyak untuk kebaikan & keselamatan mereka...


=================================
Saat galau mendera,, betapa sulit mewujudkan rumah tangga yg ideal...
saat keikhlasan menjauh,,
saat kesabaran membuyar,,
saat syukur tenggelam...
Saat hanya ego2 jiwa yg berkuasa...

 =================================
Tidak semua bisa berjalan sesuai keinginan ego kita...
Bersabarlah saat berbeda & temukan rintangan,, meskipun itu sangat menyakitkan...
Bukalah mata,, dan bersyukurlah... bahwa ternyata lebih banyak nikmat Allah yg dirasa...
Belajarlah tuk saling mengerti & memahami...
Ikhlaslah... ingat2 bahwa ini semua dalam rangka mendapatkan ridho & kunci jannahNya...

Berdoa,,
berdoalah agar Allah bimbing,,
Berdoalah agar Allah rahmati
Berdoalah agar Allah berkahi
Berdoalah agar Allah ridhoi...

Di antara rintikan yg terserak
Annisa Ummu Hifzha

Antara Perjuangan, Kesabaran, dan Ketawakkalan

Bismillah...

Aku tak tahu apakah proses persalinan yang aku alami 3,5 tahun yang lalu ini layak untuk aku bagikan atau tidak. Yang jelas, ini adalah proses melahirkan yang tak bisa kulupakan.

Ya, bulan Mei 2012, aku melahirkan seorang bayi mungil perempuan yang sehat. Putri pertama buah cinta kami yang kami beri nama D. Hifzha Al Iffah. Yang dengan nama itu kami berharap kelak dia menjadi wanita cerdas nan sholihah yang bisa memelihara kehormatan dirinya dan wanita selain nya.


Hari rabu pagi 16 Mei 2012, seminggu sebelum melahirkan, seperti biasa waktuku kontrol ke bidan karna waktu itu sudah masuk HPL tapi belum ada tanda apapun. Kata bidan waktu itu, tunggu 3 hari periksa lagi. Qodarulloh, rabu sore keluar darah dan lendir. Karena baru pengalaman pertama, waktu itu jadi panik sekali. Buru-buru ke bidan terdekat dengan rumah, tapi ternyata beliau sedang mudik. Jadilah aku dilarikan ke bidan desa sebelah. Sesampainya di sana diobservasi, ternyata masih bukaan 1. Oleh bidan akhirnya disuruh pulang dahulu, karena perkiraan masih satu harian lagi proses bukaan mendekati lengkap. Bidan berpesan untuk rajin jalan-jalan dan observasi sendiri seberapa sering dan lama waktu kontraksi. Akhirnya kami pulang.

Waktu itu dilema melanda, harus tetap sholat atau tidak. Suami berpendapat bahwa aku harus tetep sholat karena kami tidak tahu seberapa lama proses ini. Dan setelah bertanya ke ustadzah dan mencari artikel via internet, aku mantap tuk tetap sholat meskipun darah dan lendir terus keluar.

Antara cemas dan harap menunggu waktu bersalin, sedangkan kontraksi masih tidak beraturan. Kadang 5 menit sekali, kadang 15 menit baru muncul dengan durasi yang tak beraturan pula.

Hari ahad petang, 20 Mei 2012, tepatnya selepas sholat maghrib, aku beranjak keluar kamar hendak ke ruang tengah dengan tetap memakai mukena. Tepat di pintu, tiba-tiba terasa ada yang merembes. Aku panik dan berteriak memanggil suami dan ibu. Ibu bilang, itu air ketuban. Langsung aku dilarikan lagi ke bidan desa sebelah karena perlengkapan persalinan dan bayi waktu itu kami tinggal di sana. Kontraksi masih tak beraturan. Setelah diobservasi sebentar, ternyata masih bukaan 2. Kali ini aku harus tinggal di klinik bidan tersebut karena air ketuban sudah merembes keluar.

Di klinik awalnya masih bisa jalan-jalan. Menjelang malam, tiba-tiba kontraksi terasa sakit luar biasa, dan semakin bertambah sakit begitu tengah malam datang. Waktu itu karena tidak bisa menahan rasa sakit, aku jadi teriak-teriak tengah malam. Antara terus berdzikir, memanggil ibu, dan ke suami yang dengan sabar mendampingiku.

Menjelang pagi aku tertidur sebentar. Dan paginya, senin 21 Mei 2012, kontraksi kembali lemah dan tak beraturan. Akhirnya aku mencoba jalan-jalan di sekitar ruangan dan duduk di bola besar. Pagi itu diobservasi pembukaan naik jadi 4 walhamdulillah. Bidan beserta asisten bidan bergantian memberikan arahan dan pijatan-pijatan kecil di punggung. Waktu itu suami juga tetap mendampingi. Beliau bolos kerja agar bisa menjaga dan memberikan motivasi untukku.

Di hari yang sama, senin, menjelang malam, kembali aku merasakan sakitnya kontraksi yang teramat sangat. Dan semakin bertambah saat datang tengah malam. Dan malam itu pun kembali aku berteriak-teriak karena tak kuat menahan sakit. Suami terus membimbing tuk berdzikir. Menjelang pagi, akupun tertidur sebentar.

Selasa pagi 22 Mei 2012, bukaan naik meskipun masih 7, alhamdulillah 'alaa kulli haal. Aah, waktu itu rasanya aku sudah mulai lelah. Sebenarnya bidan berkeyakinan bahwa aku akan melahirkan hari ini. Namun karena sudah melewati 2 malam tapi sang bayi tak kunjung lahir, akhirnya beliau memutuskan untuk merujuk ke salah satu RSIA swasta di kota sebelah. Mobil melaju kencang bersamaan dengan kontraksi yang sering datang.

Tidak sampai 1 jam, kamipun sampai. Saya langsung di bawa ke ruang bersalin ditemani suami. Asisten bidan yang menemani kamipun menjelaskan kepada bidan RS mengenai kondisiku. Bidan RS berkonsultasi via telpon dengan  dokter SpOg yang kebetulan sedang bertugas di luar RS. Waktu itu, dengan melihat kondisi prosesku yang begitu lama dan tinggi badan kurang, kemungkinan aku akan melahirkan dengan jalan "SC", begitu kata bidan RS setelah konsultasi dengan dokter SpOg. Deg,, antara pasrah dan tetap berharap bisa normal. Aku dan suami berpegangan tangan, saling menguatkan. Dan kami pun tak henti berdoa dalam hati.

Sekitar jam 8.30 bidan observasi, alhamdulillah, tidak disangka sudah bukaan 9 walhamdulillah. Bidanpun dengan sigap mempersiapkan diri dan peralatan melahirkan. Waktu itu bidan berkata bahwa jika dalam waktu 1/2 jam tidak lahir juga, maka harus "SC". Di sinilah puncak perjuangan, kesabaran, dan ketawakkalan itu. Bermodal doa tanpa henti, 2 kotak susu, arahan bidan2, genggaman tangan suami, banyak suntikan & infus, aku mengejan beberapa kali. Alhamdulillah, singkat cerita, pukul 8.50 lahirlah bayi mungil itu, Allahu Akbar. Menangis keras, putih bersih dan sehat. Meskipun perjalannya untuk terlahir ke dunia ini sangat panjang.

Bayi itu kini berusia 3,5 tahun. Semoga ia sehat selalu, menjadi pribadi sholihah, bermanfaat untuk ummat. Aamiin.

Kota dingin,  Batu, selesai di tulis 11 Desember 2015

With Love <3 annisa="" hifzha="" p="" ummu="">
==================================
<3 annisa="" hifzha="" p="" ummu="">
<3 annisa="" hifzha="" p="" ummu="">
<3 annisa="" hifzha="" p="" ummu="">
Kisah ini aku tulis saat hamil anak ketiga, kuikutkan sayembara kisah persalinan di grup Super Muslimah. Alhamdulillah termasuk kisah yang terpilih meskipun jadi urutan yang kesekian (lupa urutan berapa,, hehe)

Sekarang Anak Pertama yang berada dalam kisah sudah berusia 4 tahun 2 bulan, anak kedua 2 tahun 9bulan, dan anak ketiga 4 bulan. Semoga mereka menjadi pribadi yang sholih dan sholihah, penyejuk mata dan hati kami, dan bermanfaat bagi ummat. Aamiin.

Kota dingin Batu, 24 Juli 2016
<3 annisa="" br="" hifzha="" ummu="">

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Enterprise Project Management