Rabu, 22 April 2020

HIKMAH MORNING SICKNESS BERLANJUT MENYUSUI

Dari kecil aku memang suka makan. Tapi dapat dipastikan semua makanan itu yang memasak adalah ibu. Saat itu hampir gak pernah jajan sembarangan waktu SD, karena memang gak dikasih uang saku. Kalau jam istirahat lapar, lari pulang makan cemilan yang sudah disediakan ibu di rumah.

Beruntungnya, rasa masakan ibuku memang juara. Begitu juga kue-kue buatan beliau, enaknya jarang yang nyamain di daerah tempat tinggalku waktu itu. Jadi ya meskipun kadang kepingin makan jajanan seperti yang teman-teman makan, tapi aku masih bisa menahannya. Kadang-kadang saja kalau pas dapet sangu lebaran belilah jajan seperti yang teman-teman makan. Karena aku memang puas dengan rasa yang ibu suguhkan.

Tapi, meskipun begitu, ada beberapa masakan ibu yang tidak aku sukai. Beliau sampai hafal, mending aku gak makan kalau menunya itu. Sayur asem, iya, entah kenapa aku gak suka sayur asem. Mungkin karena rasanya cenderung hambar menurut lidahku waktu itu, begitu juga sayur bening lainnya. Apalah lagi kalau bertemu menu-menu yang berhubungan dengan daging, rasanya males mau makan waktu itu.

Trus, apa gitu hubungannya sama morning sickness?

Hemm.. tau sendiri kan gimana rasanya morning sickness? Gak enak banget, karena apa-apa yang kita suka atau makanan yang diperlukan tubuh kita jadi gak enak dirasa, bahkan menyebabkan mual dan muntah. Maunya makan itu-itu aja yang kadang kurang sehat. Seperti kehamilan yang ke empat beberapa waktu yang lalu. Sukanya makan mie aja. Gak peduli mau mie instan, mie ayam, mie pangsit, bakmi, pokoknya maunya makan mie 😥.

Beda banget setelah kehamilan terlewati, melahirkan, lanjut menyusui. Beruntung aku dituntut untuk mau makan apapun yang dihidangkan ibu waktu itu, demi kelancaran ASI. Inget banget, waktu awal menyusui anak pertama. Tiga hari di rumah sakit, ASI seperti masih sangat seret. Begitu sampai rumah, dibuatkan oseng daun pepaya yang pahit. Aku yang gak begitu doyan pahit bisa juga memakannya. Dan biidznillah ASI pun lancar jaya beberapa waktu kemudian. Dari sinilah nafsu makanku mulai meningkat lagi. 

Seiring berjalannya waktu, sayur asem yang dulu selalu kuhindari pun malah jadi suka. Begitu juga dengan daging. Selama selapan (istilah orang jawa), menu yang disiapkan ibu atau yang kusiapkan sendiri harus ada daging karena memang ibu melarangku makan ikan dan atau telur ayam negeri. Jadi proteinnya ya dari daging. Dari sini pun aku jadi lebih mau makan daging.

Jadi, perubahan selera yang terlalu ekstrim karena morning sickness yang susah makan berlanjut menjadi ibu menyusui yang laperan itu, ternyata bisa menjadikan seseorang wanita sepertiku doyan makan apa aja. Gak takut mencoba rasa & makanan baru. Asal itu halal & baik, mari dimakan dan dinikmati. 

Batu hujan di malam hari, Repost Facebookku, 22042019, ®PenaNies

0 komentar:

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Enterprise Project Management