Jumat, 28 Januari 2011

Jalan Dua Keping Hati


Habis dapet message yang menarik dari sebuah grup facebook "Penebar Tausiyah" membuat saya ingin menuliskan kembali isi message tersebut, sekaligus mungkin menuliskan sedikit apa yang ada di pikiran saya..

..Dua Keping Hati..

Untuk sekeping hati yang jatuh bangun dalam ikhtiar panjangnya
Untuk keping satunya yang terus bersabar dalam penantian penuh ujiannya
Kuatkan mereka dalam menJAGA DIRI, NIAT, dan CARA ini ya Allah
Jauhkan dari khilaf ketika langkah mulai tertatih, perasaan mungkin perih, atau secuil putus asa menghampiri, sementara hidup akan terus berlari..
Pertemukan dalam ikatan suciMu
dan kumpulkanlah kelak di dalam surgaMu, amin..


Sebuah pesan yang cukup bermakna meskipun tergolong sangat singkat. Hemm, entahlah pada awalnya saya memahami isi pesan tersebut sebagai situasi yang menggambarkan dua orang yang sedang menjalani proses dimana mereka berkomitmen untuk segera menikah (langsung pada point-nya nih, hhe) tapi harus menghadapi beberapa halangan yang menjadikan proses tersebut berlangsung agak panjang. Tapi setelah saya pikir-pikir, bisa juga itu adalah kondisi ketika seorang terus berusaha untuk mencari pasangan hidup dan yang satu lagi terus menunggu akan datangnya si pasangan hidup namun tak jua mereka dipertemukan. (paragraf ini sebenarnya gak penting, hhe)

Terlepas dari mana yang bener dan mana yang salah atau ternyata kedua-duanya salah, saya menyadari akan satu hal bahwa jalan hidup masing-masing orang itu berbeda. Ketika usia seseorang telah beranjak dewasa, satu hal yang mungkin paling banyak terpikirkan dalam benak adalah sebuah pernikahan dan mempunyai sebuah keluarga. Banyak jalan menuju ke sebuah ikatan suci tersebut. Semua tergantung pada pilihan dari diri masing-masing mau pilih jalan yang seperti apa dan yang terpenting tidak pernah bisa terlepas dari takdir Allah.

Banyak sekali warna cerita (berkaitan dengan paragraf sebelumnya) yang tertoreh dalam kanvas-kanvas kehidupan di sekeliling kanvas saya sendiri. Ada yang baik, pun ada yang buruk. Sebut saja kanvas A yang mungkin gambaran dalam kanvas ini juga banyak kita jumpai pada kanvas-kanva lain saat ini. Mereka memilih cara yang salah (terkenal dengan istilah pacaran, baik secara terang-terangan maupun terselubung). Bahkan cara inipun sepertinya telah dianggap trend karena tidak hanya orang yang hendak menikah saja yang terjerat dalam kegiatan ini, tapi juga remaja yang berada dalam masa-masa pencarian jati diri, bahkan yang lebih parah, kegiatan ini juga menjangkit pada anak-anak yang bisa dibilang mereka belum tahu apa-apa. Jelas sekali bahwa orang-orang yang terlibat dalam kegiatan ini notabene adalah pasangan yang belum halal. Dan mungkin yang cukup mengecewakan adalah ketika aktivitas ini juga menjangkit orang-orang yang sudah paham akan keharaman kegiatan ini dan mereka menganggap hal ini bukan lagi sebuah hal tabu tapi sebuah hal yang biasa dan sangat wajar. Padahal telah jelas firman Allah:

“Dan janganlah kalian mendekati perbuatan zina, sesungguhnya itu adalah perbuatan nista dan sejelek-jelek jalan.” (Al-Isra`: 32)
Rasulullah Shollallahu'alaihi wasallam juga bersabda,  
“Jangan sekali-kali salah seorang kalian berkhalwat dengan wanita, kecuali bersama mahram.” (Muttafaqun 'alaih)
Beranjak ke kanvas B, awalnya mungkin caranya terlihat benar dengan ta'aruf secara syar'i melalui perantara. Akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu ternyata banyak terjadi hambatan sehingga pernikahan pun tertunda dalam waktu yang sangat lama dan hal yang amat disayangkan adalah dalam waktu menunggu itu ternyata mereka malah terjerat dalam kegiatan yang hampir sama dengan kanvas A. Sudah merasa saling mengenal, cocok, dan tidak siap dengan rintangan yang menghadang sehingga hati tergoyah dan akhirnya tidak bisa menjaga cara yang diniatkan di awal. Itulah mengapa memang sebaiknya ketika sudah merasa cocok lalu khitbah hendaknya acara pernikahan pun segera dilaksanakan agar pintu fitnah tidak semakin terbuka lebar.
Kanvas C, sebuah kanvas yang gambar diatasnya tertoreh dengan cukup indah. Kanvas C tipe 1, mereka memulai dengan cara yang benar dan Allah dengan segala Kebesarannya memberikan kemudahan jalan sehingga dengan segera mereka melangsungkan akad pernikahan yang menghalalkan mereka berdua. Kanvas C tipe 2, mereka memulai dengan cara yang benar, qodarullah di tengah perjalanan mereka mengalami hambatan tapi semua itu mereka jalani dengan kesabaran, terus menjaga, berdoa, pasrah dan sebuah keyakinan bahwa skenario Allah itu lebih indah dari apa yang kita harap dan rencanakan. Dan subhanallah, dengan ijin Allah, penantian panjang itupun berakhir dengan indah.
Tentu masih banyak kanvas-kanvas lain dengan gambaran kisah di atasnya yang berbeda dengan yang telah saya paparkan. Semua bisa menjadi pelajaran bagi kita. Yang terpenting adalah bagaimana kita selalu berusaha untuk berada pada cara dan jalan yang benar dalam menghadapi problem dalam mencari belahan jiwa. Yang terlanjur salah semoga Allah segera memberikan petunjuk. Yang masih mencari dan belum ada yang cocok semoga Allah memberi kesabaran begitu juga yang sudah cocok tapi harus menghadapi berbagai rintangan. Sebuah awal yang benar insyaAllah akan berujung indah. 
nb. hemm, entah ini ada hubungannya dengan tulisan di atas atau tidak, tapi saya cukup tersentil dengan salah satu ayat firman Allah, "Maka adakah orang yang mengikuti keridhoan Allah sama dengan orang yang kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah dan tempatnya di neraka jahannam? Itulah seburuk-buruk tempat kembali". (QS. Ali-Imran:162)
Wallahulmusta'an, semoga bermanfaat.. 

0 komentar:

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Enterprise Project Management